Rabu, 09 April 2014

Surat dari Mba Maya



06/04/2014 [22:40] saat dapat sms dari Epi. Langsung tergerak hatinya untuk menulis surat untukmu (barangkali karena gak punya pulsa juga.. :p)

Assalamualaikum, kawan karibku yang saya cintai :) Nafisah Zamardi yang selalu saya rindukan.

EPIII AKU KANGEN KAMU! Sontak itu yang paling pengen saya luapkan. Setelah satu semester berlalu di asrama baru, sedikit-BANYAK hal yang mengubah saya dengan segala paradigma. Yang membawa pada keterombang-ambingan konsistensi diri. Dan sekarang, saya mencoba meneguhkan diri untuk bisa berpuas diri pada diriku dengan segala kapabilitas yang ada dan tidak menjustifikasi bahwa ‘merekalah yang patut saya tiru’, tapi memantapkan keyakinan bahwa, ‘aku adalah aku, dan aku bukan seperti mereka.’ Dan faktanya adalah, setiap kali mengingat kalimat penyemangat itu, satu sosok yang selalu dikenang adalah –EPI. Thats the point i should highlight about.
Epi bagaimana kabarmu? Baik sajakah? Semoga sehat. Semoga selalu ceria. Bergelut di hobimu. Bahagia. Sentosa.
Saya rindu dirimu. Rindu saat kita masak bareng setiap pagi. Sok jago masak. Sok luang. Mengetuk pintumu karena bahan makanannya di kamarmu. Masa bihun. Sarden. Sambil nonton tv. Di pagi hari. Ke perpus kota nyari inspirasi *saking nganggurnya mungkin. Mewah banget, ya? atau barangkali luang banget? Sekarang agendaku padat banget, pi. Bukan hal yang kemudian saling ngece satu sama lain karena kepadatan. Tapi karena sangat kurang manajemen waktu. Sungguh, pi. Lingkungan asramaku sedemikian rupa sehingga kami dipadatkan agenda asrama kelas pagi dari jam tahajjud sampai jam tujuh. Atau kelas malam dari maghrib sampai jam 9. Pernah sampai jam 11. Kondisi akademik memaksaku belajar lebih keras. Ya, jelas. Tuntutan organisasi memaksaku bertindak profesional dan nggak egois. Dan mimpi? Ya, itu yang agaknya saya ingin ulas. Barangkali, harapannya kau akan membalas suratku dengan sederet pencapaian yang sudah kau raih, pi. Saya sangat rindu. Membuat novel. Essay. Puisi. Aiiish, esensi anak sastra ataupun bulaksumur itu memang beda. Kapan kamu jadi editornya? Saya tunggu.

Barangkali, bukan karena aku menanggalkan mimpi yang sempat kita rajut bareng. Pergi ke hotel phoenix pemburu beasiswa. Asramaku isinya orang2 keren, pi. Ada ketua lembaga di sini, petinggi organisasi, mapres. Esensi yang dulu kukagumi, dan sekarang aku berada dalam atmosfer seperti ini, tiba2 merasakan bagaimana ‘berat’nya beban seperti mereka dengan segala tuntutan yang ada.
 Mungkin karena epi mengambil ranah literasi –soshum. Saya sains. Tidak bermaksud mendikotomikan secara subjek. Tapi kapabilitas yang kemudian saya ekspansikan.
Sekarang saya aktif di lembaga penelitian sains. PKM, masih ingat? Alhamdulillah, kemarin pkm-gt didanai. Dan pun sekarang pkm-m dan pkm-kc saya lolos. Juga finalis di unair kompetisi essay. Doakan semoga sukses. Dunia riset mulai saya coba geluti. Setelah sempat semester 3 kacau, didoktrin pemikiran menjadi fisika teoritik. Belakangan saya baru menyadari atas ketidakmampuan saya, sehingga saya mencoba memastikan bahwa niat saya mengambil cabang fisika terapan, bukanlah sebuah fluktuasi semangat belaka. Oh, ya. untuk pkm-m, saya harap ini menjadi salah satu usaha saya untuk bisa berkontribusi di masyarakat.
Satu lagi, saya masuk (untuk kedua kalinya) ke gc. Di divisi pengabdian masyarakat. Belum ada sama sekali agenda. Kotar-katir saya mencoba mencari lembaga yang bisa memberikan wadah untuk berkontribusi.mulai dari gemabi (yang sekarang vakum), gmm (dalam proses birokrasi merger dengan bem-km). Sekarang di gc. Tapi juga belum ada kabar. Saya hampa. Butuh wadah untuk bisa berkontribusi ke masyarakat, pi.

Soal mimpi memang nihil ya. kenapa tadi saya sempat mengesampingkan bicara soal mimpi. Karena saya rindu. Setiap dengan epi. Bisa menceritakan cerita yang ‘wah’, tapi nyatanya saya sekarang dikelilingi orang yang dulu saya anggap ‘wah’ dan tertekan cukup di sini. Saya mulai sadar bahwa orang yang dulu saya (atau mungkin kita) kagumi, cukup homogen di satu bidang. Dan saya ingat berbagai prestasimu yang unik dan merepresentasikan banget ciri khasmu. Nari. Jualan. Buat novel. Nulis puisi. Aku kangen kamu, pi...
Barangkali karena beberapa faktor mungkin. Karena saat itu kondisi saya pun masih sangat labil. Buat novel, tapi dapat writers block terus. Ikut exchange program, pernah dua kali saya terima, tapi kemudian atas pertimbangan banyak hal saya nggak jadi ambil. Termasuk agenda (yang dulu pernah kuceritakan) saat selected participant di asean conference, saya merasa itu hanya euforia yang nggak ada impact berkelanjutan. Jadi ibarat gelombang, kembali ke posisi awal. dan pahitnya, sekarang justru saya stagnan. Saya kehilangan identitas. Payah, belum kenal diri sendiri, pi. Have no motivation at all.
Saya semenjak di asrama mencoba bersikap lebih dewasa. Menghentikan sikap kekanak-kanakan, tapi malah kehilangan motivasi belakangan ini. Hilang arah. Dan sekarang,  harapan saya, bisa membangun kembali sebuah mimpi yang lebih nyata untuk masa depan. Saya yakin kamu sudah. Kamu dengan segala sastra dan seni yang kamu bangun. Hobimu itu indah. Membangun mimpi dari hobi itu memang paling indah. Jadi ingat, quotesku sendiri kalau mimpiku terlalu indah untuk bisa diabaikan. Sialnya aku sempat mengabaikannya pi. Aku selalu mencoba mengingatmu untuk merajut lagi hal tersebut.
Terakhir, aku ingin dengar cerita versimu. Sungguh. Aku mau membangun kembali mimpiku. Paling tidak, beri aku sebuah cerita indah dan motivasi. Jika ingin curhat juga saya terima. Pun isi surat saya juga curhatan, ya. hahaaa.. tanpa sadar,

p.s. sekarang saya sudah pakai motor. Kalau ada agenda pameran beasiswa atau apapun itu, ikut yuk :D jangan sungkan ajak aku ya~

regards,
(himaya)
Bulaksumur residence/ 2012 (Dok. Nafisah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar