Minggu, 19 Januari 2014

Bertamu ke Rumah Buya Bakrim

Kematian semakin dekat, dan perbincangan mengenai kematian adalah topik paling mengerikan.

Kisah Nabi Ibrahim yang menunda-nunda waktu sebelum nyawanya dicabut malaikat Izrail.
"Wahai Ibrahim, aku diutus oleh Allah Swt untuk mencabut nyawamu."
"Wahai Izrail, adakah seorang kekasih yang tega mencabut nyawa kekasihnya?"
Izrail menemui Allah Swt, ia menanyakan pertanyaan yang ditanyakan oleh Ibrahim. Lalu, setelah diberi jawaban, ia kembali menemui Ibrahim.
"Wahai Ibrahim, aku diutus oleh Allah Swt untuk mencabut nyawamu."
Merasa pertanyaannya ampuh untuk menunda kematian, Ibrahim kembali mengulang pertanyaan yang sama. "Wahai Izrail, adakah seorang kekasih yang tega mencabut nyawa kekasihnya?"
Izrail menjawab sesuai dengan yang diperintahkan Allah Swt. "Wahai Ibrahim, adakah seorang kekasih yang menolak untuk bertemu dengan kekasihnya? Engkau kekasih Allah, dan Allah adalah kekasihmu. Sedangkan kematian, adalah jalan menuju pertemuan engkau dengan kekasihmu."
"Cabutlah nyawaku sekarang, wahai Izrail. Aku rindu bertemu kekasihku."

Dan.. sebaik-baik kematian, adalah kematian khusnul khatimah (akhir yang baik).

Tadi sore, aku merasa sedang berada di rumah. Di rumah yang menenangkan dan menyenangkan. Terima kasih, Buya, sudah menjadikanku seperti anakmu sendiri. Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan kebahagian dunia akhirat kepadamu. 
Pelajaran yang kau berikan, akan aku catat dan kujadikan pegangan hidup.
"Pertimbangkan akhirat, dalam setiap perkataan, perbuatan, dan pikiranmu." Maka dunia akan ikut. Bismillah.. semoga teguh pendirian :)

 
Dok. Nafisah/ PokTunggal, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar