Betapa aku
tidak pernah bersyukur akan nikmat-Mu.
Malam ini, aku
dan teman-teman dari Tim Rampoe UGM mencoba menjadi manusia. Kita mengalihkan
dana Street Performance kepada korban bencana, semoga bermanfaat. Tuhan,
tabahkan hati kami dalam setiap cobaan yang engkau datangkan.
Pada setiap
SP, ada pelajaran kehidupan yang bisa kubawa pulang. Pun malam ini, ketika Tari
Saman Gayo dibawakan oleh teman-teman, ada seorang anak kecil yang tampak
senang sekali menyaksikannya. Lalu, beberapa menit kemudian ia ditarik oleh
lelaki dengan gaya berpakaian ala anak gaul jalanan, anting dihidung, celana
kedodoran, dan baju pas tubuh. Anak itu menurut saja, raut wajahnya membuatku
berprasangka tidak baik pada si pria.
Semoga ini
hanya pikiran picik dari perempuan yang terpengaruh sinetron-sinetron televisi.
“Anak itu disuruh mengamen, ditandai dengan botor air mineral di tangannya. Malangnya,
si pria menemukannya tidak sedang melakukan pekerjaan yang diperintahkan, ia
malah menyaksikan mahasiswa-mahasiswa menari di pelataran 0km. Barangkali,
setelah diarak entah ke mana, ia akan dimarahi.”
Begitulah...
Tuhan, maafkan aku jika prasangka ini salah. Semoga kau baik-baik saja, Dik.
Cerita
kedua, berbeda dengan adik kecil dengan raut ketakutan tadi, aku bertemu dengan
adik kecil lagi (9th). Namanya Angga, ia membawa gitar kecil (okulele kah
namanya?), lalu dikelilingi beberapa orang anggota tim, ia membawakan lagu yang
dipopulerkan oleh Tegar. Dulu-dulu
kumenderita, sekarang kubahagia. Tetapi aku tak berputus asa, pasti yang Kuasa
memberi jalannya. Teman-teman tim mengaminkan setiap bait yang terlontar
dari mulutnya.
Usai bernyanyi,
beberapa orang berpencar untuk membereskan barang-barang yang akan dibawa
pulang. Aku, Lathif, dan Nuna, melakukan dialog singkat dengan Dik Angga.
“Asalnya dari mana, Dik?” (Nuna)
“Klaten, Mbak.”
“Ke sininya naik apa?” (Nuna)
“Bis, Mba.”
“Apa cita-citamu, Dik?” (Lathif).
“Menaikkan haji orangtua, Bang.”
“Kalau cita-cita untuk dirimu
sendiri, Dik? (Lathif)
“Jadi pilot, Bang.”
“Gimana cara kamu meraihnya?”
(Nafisah)
“Rajin-rajin belajar, Mbak.”
Semoga Tuhan
mendengar doamu, kau tidak hanya bisa menerbangkan pesawat, kau bisa terbang
dalam kehidupan yang keras ini dengan selamat hingga kembali kepada rumah Tuhan
nanti di akhirat.
Tuhan
pertemukan aku lagi, mungkin dengan Angga-angga lain yang barangkali bisa
menegurku atas setiap tindakan yang kulakukan dalam kehidupan.
Belajarlah
kepada adik kecil itu. Bersyukurlah atas segala nikmat-Nya kepadamu.
Dok. Nafisah/ 2013, Uang => surga dan neraka |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar