“Sayang,
orang-orang tidak perlu tahu bahwa aku mencintaimu dan kamu juga tidak mau
kalah. Bahwasannya, pada setiap pagi ada kopi beraroma pekat di meja kerjamu,
dan ada kecupan basah yang membekas di keningku setelah terjaga.”
“Sayang,
orang-orang tidak perlu tahu bahwa pada setiap malam tubuhmu meriang, dan kau
selalu memintaku memelukmu. Hingga lamat-lamat kau tertidur dalam pelukanku,
dan dengkuranmu yang sejujurnya agak menjijikkan itu turut menghiasi malamku.”
“Sayang,
aku tidak mengerti bagaimana orang-orang selalu memamerkan kisah mereka dalam potret
palsu. Mereka, seolah-olah sedang riang gembira. Padahal, beberapa jam setelah
membuat potret itu, mereka tidak saling sapa. Andai aku dan kau ingin menjadi
penguasa kisah asmara, kita akan mengajarkan kepada orang-orang bagaimana cara
bercinta yang benar. Tapi tidak, kasih kita lebih erat dalam kesederhanaan. Tanpa
pujian orang-orang, tanpa kekaguman dari siapa pun jua.”
“Sayang,
aku agak takut setiap kali kau memanggilku dengan sapaan bidadari surga. Kau tahu
bidadari itu seperti apa wujudnya? Kau tahu bidadari itu bagaimana tuturnya? Mengerikan,
Sayang. Jangan panggil aku dengan kalimat itu lagi, panggilan itu membuatku
terjaga sepanjang malam.”
“Sayang,
aku ngantuk. Selamat tidur, jangan lupa tersenyum dan memelukku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar